Louis Vitton, merek hi-end yang saking terkenalnya bisa kita jumpai di mana-mana karena banyak barang KW-nya. Walaupun demikian, eksistensi merek original yang satu ini tetap awet hingga kini karena kualitas yang diutamakan serta rasa bangga saat seseorang bisa memakainya. Siapa sangka ternyata penemunya adalah seorang yang dulunya hidup dengan sangat melarat dan harus rela tidur berpindah-pindah tempat. Ia juga seorang pekerja serabutan sampai akhirnya membangun brand-nya sendiri.
Memiliki nama yang sama dengan merek yang dibangunnya, Louis Vuitton akhirnya berhasil memperkenalkan produknya hingga ke berbagai belahan dunia. Yuk simak ceritanya plus strategi bisnis yang ia terapkan hingga sukses berikut ini!
Semasa kecil, Louis Vuitton ditinggal kedua orang tuanya hingga ia memutuskan untuk pindah ke Paris
Louis Vuitton lahir di Jura, Perancis pada 4 Agustus 1821. Dilansir dari Biografiku, ketika ia berusia 10 tahun, ibunya meninggal dan tak lama kemudian disusul oleh sang ayah. Ia menghadapi kesulitan karena hidup sangat melarat setelahnya. Dengan tekad yang kuat untuk mengubah nasib, ia akirnya memutuskan untuk berpindah dan berjalan kaki sendirian ke Paris yang membutuhkan waktu hingga 2 tahun. Selama di jalan tersebut, ia bekerja serabutan untuk memenuhi kebutuhannya dan tidur di manapun, berpindah-pindah.
Setelah perjalanannya yang penuh dengan tantangan, akhirnya ia sampai di Paris hingga berhasil menjadi seorang pembuat koper
Ia sampai di Paris ketika usianya 16 tahun dan akhirnya berhasil di terima magang di sebuah tempat pembuatan koper, Monsieur Marechal. Setelah beberapa tahun kemudian, namanya berhasil dikenal sebagai seorang pembuat koper yang memiliki reputasi di Paris. Saat usianya memasuki 33 tahun dan memutuskan untuk menikah, ia meninggalkan tempatnya bekerja dan memilih mendirikan usahanya sendiri yang sekaligus menjadi awal mula terkenalnya merek Louis Vuitton. Ketenaran namanya dalam membuat koper akhirnya terdengar hingga ke permaisuri dan membukakan jalannya dalam berkenalan dengan kelompok elit kala itu.
Setelah ia meninggal, akhirnya bisnis dilanjutkan oleh anaknya yang berhasil melakukan ekspansi besar-besaran
Louis Vuitton meninggal pada 1892 di usia 70 tahun dan mewariskan bisnisnya kepada anaknya, Georges Vuitton. Ternyata pada saat itu, pemalsuan koper ini juga sudah dilakukan lo. Makanya selain melakukan ekspansi besar-besaran ke berbagai penjuru dunia, ia juga membuat logo LV serta simbol berupa bulatan berisi bunga dan bintang segi empat yang sekarang bisa kita lihat di berbagai produknya. Setelahnya, tak hanya koper yang dibuat namun juga berbagai tas, sepatu, jam, hingga parfum.
Produk ini sempat berhasil menduduki brand nomor 1 selama bertahun-tahun, ternyata ada beberapa strategi yang bisa dipelajari
Walaupun namanya sudah besar, Louis Vuitton tetap mengedepankan kualitas yang dimiliki dengan menggunakan teknologi dipadukan dengan pengerjaan manual dan menghindari produksi massal. Mereka juga menerima pesanan khusus atau personalisasi hingga kini. Strategi lain yang mereka pakai adalah dengan menjual barang-barang tertentu dengan edisi terbatas yang mana membuat para pelanggan takut kehabisan serta merasa bangga ketika sudah berhasil mendapatkannya. Kesan eksklusif juga akan didapatkan karena produknya tak dijual sembarangan melainkan hanya di toko resmi. Terakhir, supaya tetap dipandang sebagai merek yang mewah maka merek ini tidak pernah mengadakan diskon.
Perjuangan yang berdarah-darah selama bertahun-tahun akhirnya dapat terbayar dengan terkenalnya produk ini hingga mendunia. Bahkan hingga kini produk ini masih konsisten dengan branding mewah dari pertama kali diciptakan oleh pembuatnya.
Sumber : https://www.hipwee.com/sukses/succes-story-louis-vitton/